Semua langkah yang kita ambil memilikKisah Perjalana Anak Perantauan Di Luar Sana i pilihan. Dan setiap pilihan itu memiliki resiko yang harus kita terima. Entah resiko baik, maupun resiko terburuk sekalipun.
Jika saja waktu itu aku tidak kuliah disini, jika saja waktu itu aku tidak memilih jurusan ini, jika saja waktu itu aku lolos masuk Universitas Negeri, jika saja waktu itu aku memilih tidak kuliah.jika saja aku seorang yang pendiam, jika saja aku tidak mau bergaul dan menutup diri, jika saja aku tidak suka mencari teman dan bermain-main, jika saja aku bukan seorang yang hiper aktif. Apa semua ini akan terjadi ? mungkin saja tidak, mungkin saja aku tidak mengenal kalian. Jika saja aku tidak mengenal kalian, jika saja waktu itu aku tidak suka pergi dengan kalian dan kita tidak akan dipertemukan. Mungkin ceritanya tidak menjadi seperti ini.
Jika saja aku menjadi pendiam dan menutup diri, kita tidak akan mungkin kenal, cerita kita tak akan seseru ini, atau seburuk ini ? aku tidak tau apa yang akaan terjadi sekarang.
Sekali lagi aku berandai-andai, jika saja saat itu aku menolak pergi berdua saja denganmu, menolak pergi meninggalkan kegelisahan kita ke kota lain selama beberapa waktu dan beberapa kali. mungkin kisah ini tidak akan terjadi. Jika saja tangan kita tidak besentuhan di jalan, jika saja kita tidak hanya berdua saja, dan jika saja aku menutup diriku saat itu. mungkin cerita kita tidak berjalan sejauh ini.
Jika saja aku tidak berkata "ya, aku juga" kita tidak akan menjadi sedekat ini.
Mungkin memang saat itu harus terjadi, dan aku telah memilih jalan yang sekarang aku ambil. jalan yang aku belum tau kebenarannya. jalan ini sudah aku lalui. sudah kita lalui.
"Jika Hanya" itu menjadi mungkin, semua cerita ini menjadi beda.
aku hanya seorang pemimpi besar, yang tidak bisa hidup sendiri. hidup dalam sepi, hidup dalam kegelisahan. namun jalan ini menuntun ku untuk lebih sering gelisah, lebih sering sendiri,lebih sering bekerja lebih keras. mungkin aku akan mengulang kata-kata ku lagi, "Jika saja" kedua orang tua ku tidak dipertemukan, atau "Jika saja" aku tidak dilahirkan dari mereka. apa yang akan terjadi sekarang ini ??
Tidak ! aku tidak menolak takdir yang sudah aku ambil. aku tidak menolak perjalanan yang baru setengah aku tempuh, aku tidak mau berhenti di jalan. Aku tidak mau menghentikan semua mimpi-mimpiku, aku tidak mau menghentikan cita-citaku. aku tidak mau berhenti berharap. sekalipun yang terjadi saat ini adalah aku hampir menyerah dengan mimpi buruk yang setiap malam menghantui ku.
aku hampir menyerah karena aku harus belajar lebih keras dari mereka yang aku lihat. sekalipun mereka tidak tau apa yang aku kerjakan dan apa yang aku pikirkan saat ini. Ya tidak ada yang tau, dia yang sangat dekat denganku sekalipun tidak tau.
aku tidak mengerti jalanku sekarang ini. bahkan aku tidak tau apakah jalan yang ku ambil ini sudah benar atau tidak ? dia yang aku percaya untuk menggandeng tanganku bahkan tidak tau aku melangkah dimana sekarrang. yang ada kita sama-sama bingung, dan kita sama-sama ingin dimengerti. Dimengerti yang seperti apa ?? Entahlah. Semua yang aku pikirkan membuatku serba salah dalam bertindak. Yang dapat aku lakukan hanyalah diam, tanpa bicara tanpa bergerak.
Aku ingin menangis, tapi di siapa ? aku ingin berlari, tapi lari kemana ? aku ingin dipeluk erat tanpa ada yang bisa melepaskannya,
Katanya aku memiliki banyak teman, tapi teman yang mana ? katanya mereka selalu ada meskipun tak terlihat, tapi sampai sekarang aku tidak menemukan keberadaan mereka. mungkin aku harus terbiasa sendiri ? bercerita hanya dengan tulisan. tulisan yang diam ketika aku memakinya, aku menghujatnya, bahkan dia hanya diam ketika aku menangis diddepannya, tapi setidaknya dialah yang mau mendengarkanku tanpa harus aku mendengarkan sepatah kata yang ia ucapkan. "jika saja" dia dapat berkata, mungkin dia akan bilang "aku jenuh mendengarkan keluh kesahmu" yaa aku pun jenuh jika aku harus mengeluh dalam hati setiap hari tanpa ada yang melihatnya. Yaa, mereka benar, mereka benar hatiku tak sebahagia wajahku. seharusnya aku lebih kuat, seharusnya aku lebih tangguh, tapi aku rapuh, bahkan sangat rapuh sekarang.
Jika saja ada yang bisa mengerti. jika saja aku juga bisa mengerti kamu.
Jika sajaa......
Senin, 25 April 2017
Bulan April
hanya isak yang bisa mewakili semua rasa
mulut sudah tak lagi dapat berkata, mata tak dapat lagi menahan, air didalamnya begitu meluap hingga tak terkendalikan.
andai hati memiliki kertas dan pena, andai hati memiliki mulut yang bersuara
semua akan terucap tanpa membuat mata mengeluarkan isaknya
tangan ini menjadi saksi bisu yang tak bisa melakukan apa-apa kecuali menjalankan penanya
mulut ini tak mampu menerjemahkan isyarat yang hati sempat bisikkan.
seolah udara ikut membekukan mulut dan hati yang menyimpan semua rahasia itu.
jika saja kita memiliki hati yang sama, atau jika saja hati ini mampu bersuara
ijinkan dia untuk meneriakkan jeritan yang waktu sempat bekukan
kini katakpun tak mampu berbisik lagi pada telinga yang senantiasa menjadi pendengar
hanya karena pundak tempat bersandar kini sudah menjadi arang, hanya karena tali penyambung kini sudah menjadi ranting yang penuh dengan duri. maka aku pun mulai belajar untuk tetap berdiri tegap diantara badai yang saat ini menghalangi langkah (kita)
namun maaf, hati ini hanya lah segumpal daging dengan berbalut darah pusat semua aktivitas tubuh terjadi
maaf jika hati ini tak sekuat besi yang mampu bertahan lama ditengah badai dan topan,
maaf jika organ tubuh ini tak mampu memuaskan hatimu,
aku tak sekuat dulu, aku tak setegar dulu, aku tak sesempurna yang kamu kira
maaf aku harus bilang "aku menyerah"
namun kata ini belum siap terlontar
menurutmu aku bahagia ? menurutmu aku tenang ? menurutmu aku tertawa dibelakangmu ? atau apakah menurutmu aku tenang-tenang saja ?
badai tak membuat kapal menjadi tenang, aku bukan dermaga yang diam diterjang ombak,
maaf........
semua terlalu indah, semua terlalu bahagia
bulan yang sama tahun yang berbeda, dua rasa yang berbeda ada dalam satu hati
terimakasih......
Senin, 25 April 2017
Ada Apa Dengan Satiga ?
dulu aku memang sempat tidak menyukai tempat ini. dan bahkan aku benci juka takdirku ternyata adalah disini. iya, siapa sangka aku kakiku melangkah disini untuk mencari ilmu. tapi setidaknya aku sudah bisa mensyukuri tempat ini kota ini dengan segala kekurangannya memberi pesona dan nuansa yang berbeda dari kota-kota lain yang aku kenal. bahkan aku sudah mulai mencintai kota ini. mencintai dinginnya malam ketika musim hujan, sejuknya udara siang meskipun terik matahari masih bersinar, sepinya jalan walau masih pukul 9 malam, dan indahnya pesona pegunungan yang tampak jelas ketika langit cerah sedang menaungi atmosfer salatiga.
Marsha Natu yan sering aku panggil sasha memang sering mengeluh tentang salatiga. aku pun sudah cukup kebah dengan keluhannya yang memang benar adanya. ketika siang hari dimana salatiga sedang dilanda musim kemarau panjang dia selalu teriak kepanasan. meskipun panasnya salatiga tak sebanding dengan nyengatnya matahari di kupang. ketika malam tiba apalagi musim penghujan seperti sekarang salatiga memang diselimuti udara dingin yang sangat mencekam, tak jarang badannnya yang kecil mungil tidak bisa menahan dinginnya udara di salatiga. yang sering dikeluhkan gadis mungil kelahiran 31 Maret ini adalah sepinya salatiga yang tidak seperti kota-kota besar lainnya. memang iya, salatiga sangat sepi, dan jarang sekali ada hiburan dan tempat ramai sampai 24 jam, jangankan 24 jam, jam 9 malam pun salatiga sudah nampak sepi seperti tanpa ada kehidupan didalamnya. tidak heran sih, meskipun sasa lahir dan besar di kupang, ia sempah menempuh pendidikan SMA selama 3tahun di bali. ya jelas lah dia merasa ngeluh tinggal di salatiga dengan kesejukan dan ketenangan kota ini, dibandingkan dengan ramai dan teriknya bali yang daerah tertentu memiliki sebutan kota tanpa istirah.
hmmm, dulu aku sempat bertanya, kenapa dia memilih salatiga sebagai tempatnya menempuh pendidikan ? padahal dia sudah cukup senang tinggal di bali dengan pesona alam yang sangat luar biasa itu. atau semisal di jawa kenapa tidak memilih kota lain yang lebih besar dan ramai selain salatiga. (namun jika memilih kota lain mungkin cerita ini tidak akan masuk dalam blog ini kan :D ) hehe bukan itu jawabannya. sebelum memilih salatiga ternyata dia sempat dan ingin sekali kuliah di Jogja. kemudian ada salah satu sodaranya yang memberitahunya kenapa tidak di salatiga. lalu ia berfikir dan bertanya "salatiga itu mana ?" papanya menjawab "salatiga itu kotanya besar, letaknya dekat Jogja, dekat Semarang, juga dekat Jakarta, jadi kamu gampang mau jalan-jalan kemana aja" dengan ucapan papanya itu dia mulai tertarik dan memutuskan untuk kuliah di salatiga mengambil program studi Hubungan Internasional.
alhasil, segala perlengkapan dan barang-barang sasha sudah siap dikemas, dan dia pun sudah bersiap menuju salatiga. bahkan dia sudah terdaftar sebagai mahasiswa UKSW. sebelum sampai salatiga sasha terlebih dulu transit di boyolali, dirumah sodaranya dan teman dekat papanya. dia sempat menginap disana selama beberapa hari. ia berfikir, 'kok kotanya kayak desa dan plosok gitu ya ? o mungkin di bagian sana (salatiga) lebih besar dan ramai tempat kotanya' perjalanan sasha pun dimulai menuju kota salatiga. belum sampai di salatiga dia sudah mulai waswas dan bertanya pada papanya "lhoh pah, kok kotanya gini ? sepi, di desa, dan kecil, katanya besar ?"
"ya iyaa to, ini kan lebih besar dari boyolali sa"
"yaiyaalaaah, ih, tau gitu aku kuliah di jogja aja, atau di jakarta sekalian"
"ini kan deket sama jakarta sama jogja sa, deket semarang juga"
sasaaa diam, sampai di salatiga ia hanya menaruh barang-barangnya dikos barunya. tanpa beberes atau ngecek barangnya.
"papa mau kemana ?"
"pulang to, tapi ke jakarta dulu"
"aku ikut pokoknya, aku nggak mau disini"
akhirnya dia ikut papanya ke jakarta. sebulan lebih dia disana, hingga OMB dimulai dia baru balik ke salatiga lagi untuk mengikuti kegiatan mahasiswa baru. dan ternyata dia juga telah dibodoh i papanya bahwa salatiga dekat dengan jakarta salah besaar !!!
daan itulah cerita sasha, cukup segitu ajaa ya. intinya apa ya ?
gini yaa, aku dulu sempat nggak mau kuliah disini, apalagi tinggal menetap disini. tapi mau gimana lagi, takdirku udah disini. dan karena itu aku berusaha dan mulai mencari sesuatu yang menarik di salatiga, mencari kesenangan di salatiga, dan sekarang, aku sudah mulai terbiasa dengan salatiga, dengan sepinya, dengan sejuknya, dengan lingkungannya. intinya gimana kamu menikmatinya aja kan, dan cintai apa yang sudah kamu pilih. dia (sasha) belum menemukan cara menikmatinya aja. :)
Kota Sidikalang Kekelengenku" Indonesiaku
berikutnya mulai banyak teman yang aku temui, dari orang Jawa yang ngaku blesteran india, yang jawa tulen, orang ambon yang selalu berbicara dengan bahasa daerahnya itu nggak peduli siapa yang diajak ngobrol, orang sumba yang dengan gaya sok coolnya, orang batak yang sok kalem didepanku, orang papua yang sedikit serem, orang kalimantan yang belum begitu kukenal, cicik-cicik cina yang super modis, sampai orang timor leste yang belom begitu bisa bahasa indonesia juga ada. Semua kusapa manis dengan caraku sok kenal sok asik yang mungkin membuat mereka agak jijik melihat tingkahku. Bahkan mereka yang tidak ku kenal atau mungkin aku sedikit lupa namanya pun mengenal jelas namaku.
Ini aku, ini caraku. awalnya memang aku tidak ingin kuliah disini, ditempat yang menurutku tidak ada daya tariknya sama sekali. Salatiga ? mau apa disini ? aku sempat ditawari oleh kakak pertamaku, karena mungkin dia tau ini adalah batu loncatanku karena aku tidak lolos seleksi ke kampus Negeri. Dia ingin aku berhenti setahun dan ikut tes di tahun berikutnya. Aku tidak mau, bukan karena aku menyerah. itu sudah melalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang mantap.
Setelah aku dinyatakan lolos disini, dan sudah melalui berbagai proses pendaftaran, aku mulai kemas semua barangku dan berangkat Salatiga sendirian, Iyaa sendirian. masabodoh mereka yang pamer perpisahan terakhir dikota barunya dengan diantar keluarga besarnya dan bahkan tetangganyapun ada juga yang ikut dibawa. Aku dengan tegas dan berani bermodal senyum melangkah sendiri meninggalkan rumahku tercinta.
Yang ada dipikiranku pertama kali aku mengijakkan kaki dikota ini adalah gimana caranya membuat aku betah berada disini dalam beberapa tahun kedepan. Aku teringat kata pepatah "tak kenal maka tak sayang" aku sambungkan dengan kata-kataku "jaga dan cintai apa yang sudah kamu pilih". ya aku berusaha mengenal Salatiga dangan caraku sendiri. Dengan mencari banyak teman, sekalipun dianggap sok kenal (itu dari dulu sih), meminta mereka menemani jalan-jalan, sekalipun cuman sekedar muter dan makan nasi kucing pinggir jalan yang katanya paling enak disini. minum ronde malam-malam ditengah dinginnya Slatiga, itu memang minuman khas di Salatiga sih. dan banyak lagi hal yang mungkin itu kurang kerjaan banget bagi mereka yang melihatnya.
Di Fakultasku ini memang terkenal paling banyak penduduknya, dan paling beragam manusianya. dan karena itu aku bersyukur karena makin banyak juga kesempatanku punya banyak teman yang beragam. Itu benar sekali. seperti yang telah aku ceritaka, hampir semua suku dari sabang sampai merauke aku ajak berkenalan. sekalipun habis itu lupa namanya hehe. tapi masih ingat mukanya kok tenang aja. OMB dan Makram yang mempermudakku mencari teman, hehe. semakin hari rasanya semakin ada aja nama baru yang aku dengar. semakin sering juga aku dipanggil orang yang tak ku kenal. iyaa karena aku lupa namanya -_- (hehe)
Aku mulai berfikir, Salatiga nggak seburuk itu :)
Oh iya, aku sempat bertemu dengan teman kecilku yang telah lama hilang karena ikut orang tuanya ke luar jawa. dan lebih kagetnya katanya kita itu masih ada ikatan sodara. yang bener ? iyasih kata mamanya, dari kakek buyut siapa gitu. entahlah, capek otakku ngurutin silsilah keluarga, yang penting aku ketemu dia. akhirnya dia ngajak aku kos bareng deh, katanya biar hemat, dan karena dia nggak ada temen sih. well akhirnya aku dan dia pindah kos ditempat yang sama dan kamar yang sama. atas rekomendasi temen dia. daan benar saja, dokos itu 98% mahasiswa dari luar jawa semua ! omegat, ini aku kuliah masih dipulau jawa kan, tapi berasa enggak di jawa. hanya aku dan kakak kos yang udah kerja yang ngerekomendasiin tempat kos ini yang keturunan Jawa. Sama si tera, merekapun bukan murni jawa. yes girl, saatnya beradaptasi lagi dan pasang tampang nggak tau malu untuk sok kenal sok asik :D
Than, not bad. lambat laun kita udah seperti sodara satu rumah malah. gampang akrap, gambang deket dan diasikkin aja dengan mereka yang selalu ngobrol dengan bahasa daerah yang mereka miliki. mereka yang kebanyakan orang kupang, alor, dan ambon yang bahasanya hampir sama. duuuh maaak, anakmu dimana ini. cuman aku seorang disini yang nggak punyaa nama marga. oh God. saat itu aku berharap ntar punya suami orang luar jawa deh biar abis nikah dapat nama marga wkwkwk. Eheeeem, boleh sedikit sombong sih, disalatiga belum sebulan udah banyak yang naksir lho. haha, nantilah ngomongin cinta. kuliah dulu :)
jangan salah, komitmenku pertama masuk kuliah, Tingkatkan Nilai, Tingkatkan Pergaulan, Tingkatkan Pengetahuan, Pending Pacaran, so, maaf banget deh, buat yang usaha dapetin cintanya saya haha.
dan percayalah, nilai awal yang keluar cukup memuaskan. walaupun sedikit kecewa karena ada yg nggak sempurna. tapi aku seneng sih :) setidaknya komitmenku masih terjaga walau sempet ada yang bikin galau gara-gara baper. perjuangan masih panjang girl, ini baru semester awal, terus semangat ajaaaaaah deeeh :)
Senin, 25 April 2017
Aman Berkendara
Raden Bayu Wicaksono Aji, anak muda kelahiran Salatiga 19 April 1990 yang kini menginjak usia yang ke 25 tahun. Udah tua sih, tapi pacar aja belum punya. Dia belum begitu memikirkan jodoh, atau hanya menunggu sang bidadari yang datang menggandengnya nanti. Entahlah hanya dia yang tau. Bayu adalah mahasiswa Desain Institut Seni Jogja yang bisa dibilaang dia angkatan tua yang belum lulus-lulus hingga sekarang. Iya tahun ini adalah tahun kelima dia kuliah, namun apalah daya kalimat skripsi masih jauh dari pemikirannya. Bukan karena dia kurang pandai, atau kurang niat. Malah diusianya sekarang dengan statusnya yang belum sarjana Bayu sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Iya sore dia kerja sebagai Barista disebuah kafee di jogja. Selain itu dia juga bekerja sebagai desainer kaos dan pelukis wajah jika ada yang memintanya. Setiap pukul setengah 4 sore bayu mengendarai motornya menuju kafe tempat ia bekerja. Kurang lebih 30 menit dari kos Bayu untuk sampai ke kafe tersebut dengan motor CB kesayangannya. Bisa dibilang Bayu bukan tipe orang yang senag mengendari motor dengan kecepatan yang tinggi. Dia lebih senang melanju dengan kecepatan sedang sembari menikmati udara Jogja disore hari. Bayu belajar meracik kopi dari ayahnya yang sangat mencintai kopi dihidupnya. Bayu adalah salah satu orang yang memiliki ideologi sendiri tentang peraturan, terutama peraturan lalulintas. Baginya peraturan dibuat supaya kita tidak merugikan orang lain, jadi selagi dia tidak membuat orang lain celaka sah-sah aja peraturan itu dilanggar.
“Caffee latte Cream Coklat satu ya mas” suara pelanggan yang hampir tiap hari dia dengar dan selalu mengunjungi tempat itu. Iya bayu selalu mengamati tiap jam 4 sore selalu melihat gadis itu duduk di sebelah jendela sendirian dan selalu membawa buku tembal utuk dibaca. Entah apa yang ia baca saat itu namun itu yang selalu diamati Bayu.
Ah entahlah, Bayu tidak pernah mempedulikan apa yang dilakukan gadis itu. Baginya meracik kopi dan memperhatikan tiap mili campurannya lebih menyenangkan daripada memperhatikan gadis yang memesan latte dihadapannya itu.
“Coffeelatte with Creamcoklat” waitress mengantarkan pesanan gadi otudan Bayu kembali bekerja.
Hari ini Bayu pulang seperti biasa, pukul 00.45 dini hari. Sebenarnya kafee tutup jam 00.00 WIB namun jam segitu masih banyak yang nongkrong dan ngobrol-ngobrol. Bayu pulang melalui jalur yng dia lalui, dan Jogja masih tampak rame dengan anak muda yang masih berkeliaran dini hari seperti sekarang ini. Bukan Jogja kalo jam segini udah sepi dan anak mudanya sudah pada tidur dirumah. Bayu melaju dengan pelan sembari mengamati apa saja yang mereka kerjakan di malam seperti ini. Hanya mengabiskan uang yang belum tentu itu adalah uangnya sendiri. Uang siapa lagi kalau bukan uang kedua orang tuanya. Bayu menyempatkan berhenti saat itu, untuk sekedar duduk menghabiskan rokok ditanganya dan menikmati angin malam Jogja yang masih hangat itu.
“mas bayu, sendirian aja” suara yang pernah Bayu kenal sebelumnya, yaa Riko yang kebetulan lewat dengan motor maticnya ingin pulang kos.
“eh riko ya anak DKV 2012, darimana atau mau kemana ?”
“sebenarnya mau pulang kos mas, tapi lihat mas bayu sendirian disini yaudah saya berhenti”
“iyaa biasa habis ngawinin kopi di tempat nongkrong, hahahaaa kamu darimana”
“ah mas bayu ini, saya dari kos teman mas, nyelesein liputan buat tugas besok”
“ow gitu, ngeliput apa?”
“kecelakaan lalu lintas mas”
“owalah” Bayu terdiam sejenak “kalo udah ada yang celaka, mau nyalahin siapa cobaa, penabrak ? yang ditabrak ? atau peraturannya ? nggak akan nyembuhin luka juga”
“ya gitu mas, mereka yang melanggar lalu lintas”
“emang semua kecelakaan itu karena melanggar lalu lintas?”
“ya kebayakan begitu sih mas”
Bayu tersenyum, “menurutmu pelanggaran lalu lintas itu apa aja sih ?”
“ya menerobos lampu merah, menerobos jalur busway, tidak membawa kelengkapan kendaraan, tidak menggunakan helm, melawan arus, dan banyak lagi sih mas”
“hehe, kalo gitu kamu sudah melanggar dong”
“kok gitu mas?”
“nah kamu ini nggak pake helm”
“hehe kan deket mas kosnya, udah malam juga nggak ada polisi”
“haha, apa hubungannya make helm sama polisi? Jangan gunakan alasan memakai helm sebagai syarat agar nggak ketilang, aturan dibuat untuk tidak merugikan orang lain, bukan untuk nambah penghasilan polisi” Bayu tertawa “udah saya mau balik dulu, besok masih kuliah jam 10” Bayu melihat arlojinya sudah menunjukkan puku 02.59
“hehe okke mas, makasih ya mas”
“tak kasih apa kamu ko”
“kasih tau mas hehe”
“kamu ini” Bayu tersenyum dan meninggalkan riko
Bayu adalah orang yang paling tidak suka dengan polisi, apalagi polisi lalu lintas. Bayu menganggap kebanyakan dari mereka bukan mengayomi dan melindungi masyarakat tapi malah memakan gaji warganya dan memperbesar perutnya. Image polisi dimata Bayu memang sudah buruk sekali. Ibaratnya Bayu lebih milih bertemu bencong daripada melihat polisi dijalanan.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggggggggggggggggggggggggg”
Jam dikamar Bayu berbunyi nyaring ditelinga, tetapi Bayu masih saja berpeluk dengan guling pisang kesayangannya. Hingga akhirnya Bayu bangun dan mematikan alarmnya. Dia masih belum sadar jika sekarang sudah pukul 9 lebih 50 menit. Dia masih sangat ngantuk sampai akhirnya dia benar-benar membuka matanya dan melihat jamnya kembali.
“astaaaagaaaaaaaa, telaaaaat lagiii maak” Bayu lari ke kamar mandi dan hanya mencuci muka dan gosok gigi. Ia lari menuju mengambil tas dan segera menuju motor CB kinclongnya yang sangat ia sayangi. Hari ini dia harus mengikuti kelas memahat yang dia ulang sudah 2x kali dan belum lulus-lulus. 20 menitan dari kos Bayu untuk sampai di Gedung kampusnya.
“mampus kelasnya jauh pula dari tempat parkir, mana dosennya killer, matakuliahnya susah, ah asyuuuuuu” Bayu mengumpat sambil sedikit berlari ketika habis memarkirkan motornya. “maaf pak saya telat” Sampainya dikelas bayu langsung masuk dan duduk paling belakang. Semua anak-anak dan dosen menatapnya tanpa henti sampai ia duduk.
Sehabis kelas Bayu pergi ke kafe untuk mengisi perutnya. Ketika ingin pesan ternyata semua kursi telah terisi penuh dengan mahasiswa dan dosen. Hanya satu kursi kosong didepan wanita yang sedang membaca buku tebal bergambar bangunan-bangunan megah.
“boleh saya duduk sini?” tanya bayu dengan ramah
“yaa”
Singkat dan jelasn jawaban gadis itu tak membuat Bayu ragu untuk duduk. Tampak ada yang aneh dari gadis itu. Bayu memandanginya dengan penuh tanda tanya. Sepertinya wajah ini sangat tidak asing dimatanya.
“maaf mbaknya ini yang tiap sore datang di kafe lawas kan ?”
Gadis itu berhenti membaca sejenak dan memandangi Bayu dengan tajam. Tidak lama dan ia kembali lagi membaca.
“yaa”
“oh, mahasiswa sini juga mbak?”
“yaa”
“fakultas apa mbak ?”
“Seni Rupa”
“oh yaa, ambil apa ? kok saya nggak tau, saya juga seni rupa lho mbak”
“Desain Interior”
“saya DKV, angkatan berapa mbak ?”
“2012”
“oh,, saya 2010, kenalin, saya bayu, mbaknya ?” Bayu mengulungkan tangannya ke depan gadis itu untuk ingin tau namanya.
“ines” tanpa meraih tangan bayu, gadis itu berdiri dan pergi meninggalkan Bayu.
Bayu hanya memandanginya dengan heran tanpa berkedip.
“cukup singkat dan jelas” Bayu tersenyum, dan tidak lama makanannya pun datang.
Pukul 15.00 Bayu meninggalkan kampus. Hari ini dia hanya satu kali kelas saja jadi dia lebih sedikit santai. Dengan Helm tanpa kaca pelindung dan hanya menggunakan kaca mata kodok yang menempek di helm nya Bayu terlihat sangat menikmati perjalanannya. Tiba-tiba dia ingin sekali duduk di bangku taman sebelum ia ke kafe untuk bekerja. Dia ingin lebih santai sedikit dan menikmati lalulintas di Jogja yang semakin hari semakin padat oleh penduduk. Tiba-tiba dia melihat seorang ibu sedang duduk sedih dibangku taman itu. Bayu duduk disebelahnya tanpa bertanya.
“saya rindu anak saya” ibu itu tiba-tiba berbicara tanpa Bayu tanya.
“anak ibu dimana?”
“dia di surga, dan sudah tenanng disana”
“oh maaf buk”
“anak saya meninggal dijalan ini karena kecelakaan sepeda motor dua bulan yang lalu, dia ditabrak lali oleh pengendara motor yang mabuk”
“astagaa, ibu yang sabar ya” Bayu merangkul ibu itu dan berusaha menenanginnya.
“dia anak perempuan saya satu-satunya dan saya harus kehilangan dia secepat ini”
“mungkin Tuhan terlalu menyayanginya buk”
“iyaa Tuhan sangat menyayanginya hingga dia harus diambil lebih dulu dari saya” ibu itu memandang Bayu “maaf ya nak, ibu jadi cerita ini sama kamu”
“ndak papa buk, saya juga senang mendengar cerita ibu, sekarang banyak sekali anak muda yang suka sembarangan naik motor, bahkan tanpa kelengkapan yang aman, bukan dia yang rugi, tapi orang lain yang dibuat celaka”
“kamu hati-hati ya nak kalo bawa motor,, oh iya kamu kuliah dimana?”
“iyaa buk, saya kuliah seni Rupa ISI buk”
“anak saya juga kuliah disitu, angkatan seni rupa Desain Interior 2012”
Bayu terdiam, “owalah”
“oh iya buk saya harus pergi karena saya mau kerja buk, nanti kapan-kapan kalo ketemu kita ngobrol-ngobrol lagi”
“oh iya naaaakk....””
“bayu buk nama saya”
“oh iya naka bayu, hati-hati ya nak”
Bayu pergi meninggalkan ibu itu dan menuju kafe tempat ia bekerja. Bayu tampak aneh ketika sudah pukul 6 lebih tapi gadis yang bernama ines yang sering dia lihat di kafe itu tidak menampakkan batang hidungnya. Apa dia marah karena tadi siang ya?
Besoknya ketika di kampus Bayu ingin menemui gadis itu lagi. Bayu sangat penasaran dengan anak DI bernama ines yang sering dia temui di kafe dan kemaren dia ngga ada. Bayu mencarinya didepan gedung dimana biasanya anak DI berkumpul disana untuk membuat project bareng atau sekedar nongkrong.
“cari siapa to mas kok dari tadi didepan gedung ini, hayoo cwek baru yaa anak DI?” tegur reza teman nongkrongnya yang kebetulan anak DI 2012
“eh sini deh, kamu DI 2012 kan? Aku lagi nyariin cewek namanya ines, anak DI”
Reza terdiam, dia tampak memikirkan sesuatu.
“angkatan berapa mas?
“2012” bayu masih clingakclinguk mencari.
“untuk apa ya mas?”
“mau tanya aja apa mungkin dia marah ya kemaren tak tanya-tanyain sampe nggak dateng ke kafe seperti biasanya”
“apa mas?”
“iyaa belakanga aku sering merhatiin dia, tiap sore itu datang ke kafe tempat aku kerja dan kemaren dia nggak datang”
“apaa???” reza tampak kaget “mas ines itu udah meninggal 2 bulan yang lalu ditabrak lari sama orang mabok yang nggak bertanggung jawab”
Bayu terdiam, dan segera menghentikan pencariannya dan memandang Reza dengan melotot.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kopetisi Menulis Cerpen "Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan" #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com
Senin, 25 April 2017
Cerita Awal Kuliah Di Medan
Cerita Awal Kuliah
Ini adalah kisahku, kisah diama aku terdampar dikotKisah Perjalana Anak Perantauan Di Luar Sana a sepi
yang terletak di kaki gunung berapi. Yaa, ini Salatiga. Kota yang dari dulu aku
anggap sangat tidak menyenangkan. Namun apalah daya, ini tempatku menuntut ilmu
selama 4 tahun kedepan. Bahkan mungkin lebih jika uangku dihasilkan disini. Kirana
bukan cowok ! AKU PEREMPUAN ! aku masih dating bulan tiap 30hari sekali, aku
masih pipis sambil jongkok, aku masih pake BH, dan aku masih virgin ! entah
mengapa kampus tempat aku belajar ini menganggap bukanlah seorang perempuan
karena gaya dan kelakuanku yang menurut mereka adalah seperti seorang
laki-laki. Hallo, it is my style and it is me ! aku suka, aku nyaman, dan ini
sangat menyenangkan. Bukan, bukan tomboy atau whatever lah kalian nyebutnya
apa. Aku tidak suka ribet, just a simple human, and do everything that I love. So
? masalah ? masalah kalo aku adalah perempuan sejati, masalah kalo aku lebih
suka berteman dengan cowok? masalah kalo temen cowokku lebih banyak dari temen
cewek? masalah kalo aku selalu pakai kaos oblong celana jeans dan sepatu cats
setiap hari ? masalah juga kalo aku akrab dengan semua orang ? dan masalah kalo
aku dilahirkan cantik ? haha
Ini realita hidup, semua bias terjadi tanpa terfikir nalar
sebelumnya. Kamu boleh aja ngeledekin aku, tapi kesepian juga kan kalo nggak
ada aku di kampus ? iyaa aku seperti cowok, cowok yang disukai banyak cowok
bukan ? kenyataannya dengan penampilanku
yang seperti itu justru malah banyak cowok yang menyukaiku. Yaa baru
minggu-minggu pertama bahkan OMB belum berakhir udah banyak aja desis
ditelianga “kir kamu ditaksir ini, kir dapat salam dari itu, kir ada yang minta
nomormu, kir ada yang nyariin, kir, kir kir, kir “ ah entahlah… sombong nggak
sih ? sombong dong wkwkw. Tapi ini realita guys.
Heran deh sama mereka yang ngedeketin aku. Baru juga kenal,
baru ngobrol, baru juga ketemu. Kalian kan belum mengenalku ? kalian kan belum
tau aku. Siapa tau aku ternyata lesbian, wkwk. Anehnya ada anak, orang ambon,
kenal baru pas hari terakhir OMB ngobrol-ngonrol sok asik gitu, bahas sana sini
yang entah aku juga sok asik. Ketawa ketiwi, lucu enggak lucu aku ketawa aja. Maklum
masih fase cari banyak teman. Eh 4hari kemudian dianya nembak aku. Lucu nggak
sih, ngobrol baru hari itu doing, ketemu dikampus cuman aku sapa terus pergi,
tau-tau telfon bilang suka. Haha cowok jaman sekarang.
Ada lagi tuh yang jenis deket-deket ngobrol-ngobrol, orang
batak. Halus sih caranya. Cuman ya tanggepin seraya temen biasa aja. Aku sih
nggak tau jelasnya, cuman denger-denger dia itu naksir juga sama aku. Heemmmm,
aku mah cuek, dia baik nggak macem-macem ya jalani aja. Temenannya wkwk, aku
belum siap ngelepas masa seneng-senengku dengan orang lain. Aku masih pengen
menikmati masa rame-rame, masa gila-gilaan, masa seneng-seneng, masa bebaslah. Bolehlah
dia jadi temen ngobrol tiap malem dia telfon, sesekali lah dia gombal, boleh
lah aku yang disuruh nyariin kado buat mamanya yang mukanya gimana aja aku
belum tau. It’s okay, just a friend boy. Gataulah, dia naksir beneran apa
enggak, bahkan sampai sekarang dia nggak pernah nyatai perasaannya sampai
ngilang nggak tau kabarnya.
Ada lagi yang modal gombal gombel gambil. Dia orang ambon
lagi dan yang satu orang sumba. Ganteng sih mereka, aku sempat tergoda olehnya,
wkwkwk. Tapi no !! hanya modal rayuan mautnya yang manjur keren. Cuman PHP. Bye
deh ! wkwk. Yang satu seminggu kemudian pacaran sama temen nongkrongku, dan
yang satunya modal ngomong akhir semester pacaran juga sama orang sesukunya. Haha
daa ganteng J
Yang satu ini, dia orang jawa sendiri. Satu program study
sama aku. Emmm, yang ini agak malu-malu. Eh malu-maluin. Wkwkw enggak sih,
cuman dia kurang gantle aja. Menurutku dia ini yang paling usaha dan paling
lama prosesnya. Dorongan dari teman-temannya juga yang membuat dia maju terus. Tapi
entahlah. Aku nggak ada hati sama dia. Dan aku lebih nyaman temenan sama dia. Dia
asik, nyenengin bahkan nyenengin banget kalo dibuly wkwk. Aku ngomong
baik-baiklah kalo kita lebih enak dan asik temenan. And then, aku lebih
seringan keluar sama dia dan temen-temen yang lain sekarang. Dia sempet mundur
dan nggak mau ketemu sama aku. Okay lah I know dia sakit hati. Tapi akhir
semester 1 aku nyairin suasana biar nggak dingin dan kita temenan lagi deh. Aku
juga lihat dia udah gandeng cewek baru waktu ada konser seventeen di kampus. Okay
lah, aman kalo aku temenan sama dia. :D
Heem mau orang manapun yang ngedeketin, aku tetep pada
komitnmen deh. Emang aku belum siap dan belum pengen pacaran. Belum siap bagi
kesenenga sama orang lain. Belum siap bagi waktu bermain, kuliah, sama pacaran.
Dan sekarang aku lebih seneng bikin film, kumpul di kafe kampus, gambar, nugas
kuliah, rapat, sama bergumul dengan kakak angkatan. Dan menurutku itu jauh lebih
menyenangkan dari pacaran. J