Donald Trumph Presiden Baru Amerika Pernah Dikecam Paus Fransiskus hari ini

Donald Trumph Presiden Baru Amerika Pernah Dikecam Paus Fransiskus hari ini
Donald Trump
Matakatolik.Com-Donald Trumph, calon Partai Republik AS terpilih sebagai presiden AS ke-45. Ia telah mengantongi satu-persatu suara electoral vote dari swing votes: Florida, Ohio, North Carolina, Pennsylvania.
Usai diumumkan sebagai pemenang, Donald Trump kemudian menyampaikan pidatonya. Mengucapkan rasa terimakasihnya terhadap seluruh pendukung.
Namun dalam proses menuju Gedung Putih ini, Donald Tramp, banyak mengeluarkan pernyataan kontroversi. Trump pernah melontarkan rencananya untuk membangun sebuah tembok pembatas antara AS dan Meksiko, guna mencegah imigran masuk ke negeri Paman Sam tersebut, apabila terpilih menjadi presiden.
Akibat ucapannya itu, ia pernah “dikroyok” banyak pemimpin dunia.
Orang pertama adalah Perdana Menteri Inggris, yang menyebut Donald Trump sebagai pemecah belah, dungu dan pendosa.
Selanjutnya Parlemen Inggris mengutuk Trump dengan bahasa tegas. Perdana Menteri Prancis, presiden Turki dan seorang pangeran Saudi juga angkat suara mencercaya. Calon unggulan presiden dari Partai Republi, yang menurut mereka, seorang penghasut yang mempermalu Amerika.
Pemimpin tertinggi agama Katolik, Paus Fransiskus pun sempat angkat suara dengan nada tegas menambah jajaran pemimpin dunia menantang calon selebriti dengan mengutuk agenda imigrasi Trump.
Paus Fransiskus melontarkan pernyataan mengejutkan soal kandidat presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sri Paus menyebut, Donald Trump bukanlah orang Kristiani karena pandangannya yang dinilai kontroversial terkait kebijakan imigrasi.
Atas pernyataan Bapak Suci, Trump pun bereaksi. Dia menyebut apa yang dikatakan Paus Fransiskus tidak bisa diterima.
Sri Paus memberikan pernyataan tersebut saat bercakap-cakap dengan wartawan dalam penerbangannya kembali ke Vatikan, usai berkunjung ke Meksiko.
Bapak Suci dimintai pendapatnya soal Trump, juga soal pernyataan-pernyataannya yang terbilang kontroversial.
“Seseorang yang hanya berpikir untuk mendirikan tembok, di manapun itu, dan tidak membangun jembatan, bukanlah orang Kristen,” ucap Sri Paus mengomentari pernyataan Trump. “Itu tidak tertulis di Kitab Suci,” sambungnya.
Menggalang Dukungan
Ketika ditanya apakah warga Katholik di Amerika Serikat boleh memilih seorang kandidat yang memiliki pandangan seperti Trump, Bapak Suci mengaku tidak mau mencapuri urusan pemilihan presiden terlalu dalam.
“Saya tidak ingin mencampuri soal itu. Saya hanya mengatakan bahwa lelaki ini bukanlah seorang Kristen apabila dia mengatakan hal-hal semacam itu.
Kita harus melihat apabila dia mengatakan hal-hal seperti itu dan saya memilih untuk berprasangka baik (atas hal itu),” jelas Bapak Suci.
Selama ini, Trump bekerja keras untuk menggalang dukungan dari kaum evangelis dan Kristen konservatif di Amerika Serikat. Dia juga pernah berkampanye di perguruan tinggi Kristen, Liberty University, Virginia.
Menanggapi komentar pedas Sri Paus, Trump pun angkat bicara. Kepada televisi Fox Business, ia mengatakan bahwa Bapak Suci sepertinya tak memahami masalah perbatasan AS-Meksiko.
“Paus adalah sosok yang amat politis. Saya rasa dia tidak memahami masalah apa yang dialami negara kita. Saya kira dia tak paham bahayanya membuka perbatasan AS dengan Meksiko,” lanjut Trump.
Tak selesai sampai di situ. Trump kembali melontarkan komentarnya soal Paus.
Menurutnya, Sri Paus tidak benar-benar menghargai masalah yang ada.
“Jika dan ketika Vatikan diserang oleh ISIS, yang siapapun tahu (bahwa Vatikan) bagaikan sebuah trofi bagi ISIS, saya jamin, bahwa Paus akan hanya berharap dan berdoa agar Donald Trump yang menjadi presiden, supaya itu semua tak terjadi,” tegas Trump.
“Bagi seorang pemimpin agama, mempertanyakan iman seseorang itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Saya bangga menjadi seorang Kristen dan sebagai presiden saya tidak akan membiarkan Kekristenan terus-menerus diserang dan dilemahkan, tidak seperti yang terjadi saat ini, dengan Presiden kita yang berkuasa sekarang,” pungkas Trump.