Di Desa Ini Kalau Ada Pencuri Bukan Dihukum Atau Digebukin! Pencuri di Desa Ini Malah Dimodali Usaha,, Agar Tak Mencuri Lagi...Share atau Bagikan Biar Jadi Inspirasi

Di Desa Ini Kalau Ada Pencuri Bukan Dihukum Atau Digebukin! Pencuri di Desa Ini Malah Dimodali Usaha,, Agar Tak Mencuri Lagi...Share atau Bagikan Biar Jadi Inspirasi :):)

warga-boti_20161030_233850 (1)


Ketika ditanya nama Boti, warga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) biasanya langsung mengernyitkan dahi. Mereka lantas menyebut, Boti adalah kawasan terpelosok nan terisolir di Pulau Timor. Namun dari Boti juga, sangat masyhur Raja Boti yang terkenal penuh kewibawaan.
Sebagian besar warga Kupang maupun warga di Kabupaten lain di Pulau Timor, tahu tentang Boti. Boti adalah nama suku keturunan dari suku asli pulau Timor, Atoni Metu. Wilayah Boti terletak sekitar 40 km dari kota kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), So’e.
Secara administratif kini menjadi Desa Boti, Kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, Desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku ini memiliki bahasa Dawan sebagai bahasa daerahnya serta seorang Raja Boti bernama Nama Benu.
Nah, ada yang unik dari Desa Boti. Seorang warga Desa Boti, Ansel menjelaskan, di Boti tak ada pencuri. Hewan ternak yang tak diberi kandang pun tak pernah ada yang mencuri. “Tak hanya sapi, kambing, kendaraan milik warga di jalanan pun tak ada yang mencuri,” jelas Ansel.
Saat bertemu Raja Boti, Tribunnews menanyakan perihal pencuri di Boti. Dengan bahasa Dawan, Raja Boti, membenarkan di Boti tidak ada pencuri.
“Kalau ada yang mencuri kambing, kami beri mereka kambing agar sama dengan warga lain,” jelas Raja Boti dengan nada tenang penuh wibawa.
Sementara jika ada warga yang mencuri hasil kebun, maka pencuri tersebut diberikan tanah agar bisa berkebun dan memiliki hasil sendiri.
“Kami berikan tanah agar bisa berkebun sendiri,” ujar Raja Boti yang memiliki rambut panjang di konde ini.
Raja Boti juga melarang warga berburu burung di perkampungan.
“Kalau berburu hewan atau burung, kami di hutan. Kalau berburu di kampung, hewan akan punah,” jelas Ansel.
Untuk mengajarkan nilai kebaikan tersebut, Raja Boti setiap tanggal 9 membuat pertemuan dengan rakyatnya. Di pertemuan itulah Raja menyampaikan pesan dan arahan agar masyarakat berbuat baik, bercocok tanam, serta membuat kerajinan. Hasilnya, di kawasan Rumah Raja dibangun satu rumah untuk menjual hasil kerajinan warga Boti.
Ada gelang dari kuningan, perunggu hingga gelang dari akar tanaman di Boti serta suvenir lain.