Pernikahan adalah sebuah perjalanan seumur hidup dengan orang yang sama. Terkadang muncul rasa jenuh dan bosan. Keinginan untuk mendapatkan variasi dengan berjalan bersama orang lain muncul ke permukaan. Beberapa orang memutuskan untuk selingkuh, demi sebuah variasi yang menghadirkan kembali getar-getar rasa yang selama ini sirna. Namun, selalu ada sisi-sisi gelap dari sebuah perselingkuhan. Inilah sisi-sisi itu.
ungkap Maureen terisak, saat kami bertemu di sebuah coffee shop di bilangan pusat Jakarta. Maureen seorang ibu muda cantik berusia kepala empat, dengan penampilan yang nampak jauh lebih muda daripada usia sesungguhnya. Ia lulusan perguruan tinggi terkenal di Amerika. Wajahnya kerap muncul di media massa sebagai istri pengusaha sukses dan kaya yang aktif dalam pelbagai aktivitas sosial. Maureen sendiri memiliki bisnis sampingan yang menghasilkan. Sekadar untuk aktualisasi diri, ujarnya. Dengan 3 anak yang beranjak remaja, sungguh Maureen merupakan potret kesuksesan masa kini.
Maureen tidak mempermasalahkan lagi saat merasa Bram terlalu keras atau kurang perhatian. Toh dia mendapatkan itu semua dari Edo saat mereka berkencan. Lokasi pertemuan tentu bukan di Indonesia, kadang di Hong Kong, Kuala Lumpur, Bangkok, atau Singapore, dengan alasan meetingatau kegiatan sosial. Pertemuan 2-3 hari dengan Edo cukup memuaskan kebutuhannya sehingga dia bisa menampilkan diri sebagai ibu, istri, dan wanita yang sempurna di rumah maupun di masyarakat. Yang penting, dijaga agar jangan sampai hamil. Semua aman, lancar, baik, dan hubungan dengan pasangan jadi lebih harmonis. Selingkuh hanya pemanis hidup, demikian prinsip mereka.
Hari-hari biasa, Maureen dan Edo juga tidak mengumbar kemesraan melalui komunikasi handphone.Semua kelihatan wajar. Terbungkus rapi selama 10 tahun. Bram mengenal Edo, demikian pula Maureen mengenal istri Edo, Mariska. Sesekali kedua keluarga ini bertemu, di pesta ulang tahun anak mereka, misalnya. Baik Bram maupun Mariska tidak merasa curiga ada perselingkuhan antara Maureen dan Edo.
Ingin rasanya ditumpahkan segala kekesalan, ketakutan, kepedihan, maupun kemarahannya kepada pria yang sudah menjadi selingkuhannya selama satu dasawarsa terakhir itu. Perasaan berdosa menekan serta menyelimuti hidupnya. Takut, resah, cemas, galau, semua bercampur-baur.
Dari kisah nyata di atas, apa yang bisa kita pelajari?
Jangan takut terhadap gesekan yang timbul, karena justru itulah yang membuat kita dan pasangan kian ‘tajam’, mengalami proses pendewasaan diri dan saling memahami.
Perasaan bersalah yang ada di dasar hati Maureen seolah-olah bisa dibungkam di balik penampilannya yang kelihatan sempurna. Maureen mungkin bisa membohongi orang lain, tetapi tidak dirinya sendiri. Perasaan bersalah membuat Maureen seringkali bersikap terlalu ‘baik’ dan toleran berlebihan terhadap pasangan dan anak-anaknya.
Kedamaian diraih saat kita tahu, hidup kita berkenan dan selaras dengan kehendak Allah.Untuk itulah manusia lahir dan ada di dunia ini. Terlepas seseorang aktif membangun hubungan dengan Tuhan atau tidak, tetapi Tuhan senantiasa berbicara dalam sanubari yang terdalam. Itu tidak bisa dibungkam selamanya. Tidak bisa dipungkiri.
Dunia boleh berubah, teknologi boleh makin canggih, umur bisa diusahakan diperpanjang, tetapi kematian tetap sesuatu yang pasti.Dan di atas dunia yang fana ini, rumusan kehidupan manusia tetap sama: